Minggu, 06 Juli 2008

SISI BAIK; MEREKA BISA NAMUN KITA TIDAK MAU
Oleh: Jannatul Husna*

Menjadi lebih baik dalam beragam hal adalah visi setiap insan. Tidak ada seorangpun yang mencintai kenistaan dan kesialan, hanya mereka yang naif dan dungu saja yang memilih jalan ini. Namun sayang, langkah menuju kebaikan itu tidak semua orang mampu dan mau melakukannya. Masih dianggap patut, ketika sebagian tidak mampu melakukan sesuatu untuk kebaikan karena keterbatasan fisik dan psikis-nya. Tetapi sungguh malang, bagi mereka yang mempunyai kekuatan keduanya, malah tidak mau berbuat, menyerah pada takdir, pasrah terhadap kondisi kekinian dan kedisinian.

Ada banyak hal positif yang dilakukan oleh individu, kelompok maupun sebuah komunitas, dan kita bisa mencontoh kesungguhan mereka dalam menerapkan prinsip tersebut. Misalnya adalah penerapan nilai-nilai kedisiplinan dan keberaturan. Bukan sekedar Gerakan Disiplin Nasional (GDN) yang dikumandangkan lewat teks, namun hampa pelaksanaan. Lihatlah di tempat-tempat umum, bagaimana menjaga disiplin di jalan raya, pusat perbelanjaan, rumah sakit, masjid, dll. Adalah Islam telah mengajarkan budaya disiplin ini melalui shalat, puasa, zakat dan haji, dengan menjaga waktu pelaksanaannya.

Budaya beraturan ini nyaris mengalami kepudaran dalam keseharian seseorang. Seperti penumpang angkutan yang berburu paling cepat naik dengan penumpang lainnya, apalagi pada hari-hari libur. Sopir angkutan kota dan dan bus mengabaikan peraturan lalu lintas karena mengejar setoran dan memungut tumpangan di tepi jalan, walau bukan di halte bus (perhentian khusus bus). Mana disiplin kita?

Kedua, penerapan prinsip kenyamanan bagi masyarakat umum. Setiap pribadi menghargai hak orang lain. Tidak ada yang berani merokok di tempat umum, kecuali di wilayah terbuka dan bebas untuk merokok. Tidak ada kebisingan yang menganggu kenyamanaan orang lain. Sementara tradisi yang akrab dijumpai adalah bagaimana para perokok dengan selesa mengepulkan asap rokoknya, tanpa merasa berdosa terhadap orang lain, di angkot-angkot kecil yang penuh sesak, ditambah dengan dentuman musik angkutan ala diskotik, meruntuhkan jantung setiap penumpangnya.

Ketiga adalah penerapan prinsip hidup bersih-indah. Penataan kota yang baik, bersih dan teratur. Mereka yang membuang sampah sembarangan benar-benar akan ditindak sesuai peraturan yang berlaku. Penerapan hidup bersih dan teratur ini bukan termotivasi oleh semangat untuk mendapatkan penghargaan, berupa Piala Adipura. Sebab tiada arti trophy atas penghargaan kota terbersih, sedang kenyataan riil-nya sampah-sampah menumpuk di sungai-sungai kota. Bagaimana pengelolaan sampah basah, sampah kering, khusus sampah plastik, khusus sampah besi, dsb. Sehingga tidak menimbulkan masalah rumit seperti yang dialami banyak daerah kita, ketika sampah telah sampai di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

Keempat ialah pelayanan yang ramah dan jujur. Pegawai-pegawai pemerintah maupun swasta yang ramah akan menyenangkan customer dan memudahkan proses yang sedang dilakukan. Tetapi bila pegawai yang digaji oleh rakyat sendiri maupun pihak swasta melayani pelanggannya dengan kejam dan bengis, maka proses yang bakal dijalani akan terganggu dan tentunya akan saling menyakitkan dan menyinggung. Disamping itu, kejujuran dan transparansi administrasi akan menekan terjadinya kecurangan dan penyelewengan.

Prinsip kelima adalah high tech, pelayanan yang bertekhnologi tinggi. Data-data yang termuat dapat dicari dengan mudah dan hemat waktu. Pembelian tiket pesawat, kereta api, kereta listrik, tiket bus, pencarian buku-buku perpustakaan, data-data di rumah sakit, dsb, dapat diakses dengan gampang. Sementara kita masih menggunakan tekhnologi manual dan amat tradisional. Maka, ketika mahasiswa mencari satu buku rujukan makalah, skripsi ataupun thesis bisa menghabiskan waktu satu jam. Sebuah gaya kehidupan yang mesti diubah. Oleh siapa, tentunya oleh pemerintah, masyarakat, dan kita semua.

Beberapa sisi baik yang tidak perlu malu untuk ditiru. Mereka bisa, kenapa kita tidak?
Masalahnya bukan karena tak mampu, tetapi kita tidak mau....Wallahu a’lam.

*Pelajar Master University of Malaya
Fakultas Usuluddin Akademi Pengajian Islam
Mobile +6014 2654654

Tidak ada komentar:

Posting Komentar