Rabu, 27 Agustus 2008

Internet Desa atau Internet Keliling
Oleh: Jannatul Husna*

Seketika masa dahulu, pernah terdengar, bahkan sebahagian kita mungkin—barangkali—pernah terlibat dalam program. seperti ABRI Masuk Desa (AMD), Koran Masuk Desa (KMD), Listrik Masuk Desa (LMD) dan lain sebagainya.

Program AMD yang dikoordinir oleh para angkatan bekerjasama dengan masyarakat, dimaksudkan untuk menggiatkan pembangunan infrastruktur di daerah pedesaan, pedalaman dan wilayah terisolir lainnya. Semisal pembangunan kantor desa, sekolah, jembatan, pasar, jalan diselingkaran kampung berkenaan bahkan juga tempat ibadah, seperti surau dan masjid.

Sedang agenda KMD dan LMD seyogyanya untuk meningkatkan sumber daya manusia dan efektifitas kerja masyarakat daerah pedalaman itu. Dimana dengan keberadaan koran ataupun surat kabar lainnya, masyarakat telah dapat menimba informasi tentang dunia luar. Sementara LMD boleh menghidupkan suasana kampung di malam hari, meningkatkan geliat industri rumah tangga, disamping itu juga mampu meningkatkan kinerja warga untuk terus belajar dan bekerja membangun ranahnya.

Pemakaian nama desa, karena dari zaman dahulu sampai hari ini—kecuali di Sumatera Barat, namanya Nagari— menunjuk kepada komunitas yang terendah. Desa adalah tempat dimana akses informasi dan transportasi belum lagi begitu berkembang layaknya kehidupan kota. Keberadaan program-program di atas telah membangkitkan semangat generasi muda pedesaan untuk mengais kegemilangan dalam belajar dan menghadapi kehidupan yang kian kompetitif.

Setelah agenda itu lama stagnan, antara hidup tapi tak kelihatan geraknya dan mati tak jelas pula dimana kuburnya. Akhirnya pemerintah menggebrak agenda baru yang cukup ’memberangsang’ generasi untuk mencintai buku dan menumbuhkan minat baca. Yaitu dengan adanya perpustakaan keliling [mudah-mudahan ngak sekedar berkeliling saja].

Namun mungkin belum ada yang membuat gebrakan yang satu ini, entah karena ongkosnya yang terlalu tinggi atau lagi-lagi karena sumber daya manusia yang akan mengelolanya yang masih sangat langka. Yaitu, internet keliling atau internet desa. Sebuah program briliant yang telah dipopulerkan oleh masyarakat modern. Internet desa, mungkin di beberapa tempat telah ada.

Cukup dengan wireless dan beberapa perangkat komputer, masyarakat telah mampu melayari dunia maya, dunia tanpa tepi. Untuk kasus Negara Malaysia, terlaksana berkat kerjasama antara mentri Luar Bandar (Daerah Tertinggal), Pendidikan, Komunikasi dan Perusahaan Otomotif. Sebuah gagasan yang mungkin masih sangat melangit, tapi yakinlah tidak lama lagi arus peradaban modern itu bakal menggilas tradisi kita yang masih lelap dipinggiran tradisi. Wallahu a’lam.


*Pelajar Master University of Malaya
Kuala Lumpur
014-2654654

Tidak ada komentar:

Posting Komentar