Selasa, 21 Oktober 2008

Antara Demam Dengue dan Demam Dengki
Oleh: Jannatul Husna

Biarlah tidak memilih keduanya! Batin saya....

Beberapa minggu yang lalu, demam dengue itu memang sempat mendera (dari tanggal 5 s/d 18 Oktober 2008). Persendian terasa luluh, tubuh letih karena virus nyamuk aedes yang beredar pada jaringan tubuh ini. Masih untung agaknya, walau kekebalan tubuh saya menghadapi titik lemahnya, tetapi musibah itu tidak sampai membawa kegawatan yang menghilangkan kelezatan alias kematian. Berkat bantuan pihak-pihak yang ikhlas, Minuman 100 Plus dari Prof. sangatlah membantu, ditambah dengan obat-obatan antibiotik yang dicadangkan oleh pihak Kesihatan Pelajar Universiti. Selebihnya doa dan harapan dari orang-orang tersayang, walau dari balik ruang yang jauh.

Sakit di rantau memang terasa amat berat. Bagaimana dengan sakit yang tiada tepi dan tapal ya? Tanpa sekat pembatas, kebaikan pun tak mampu melerai semuanya? Saya berlindung kepada-Mu ya Allah....

Demam dengue (ada yang menyebutnya--demam malaria) saja, kita benar-benar tak kuat, padahal baru serangan dan infeksi dari makhluk yang tidak mencecah hidupnya sampai satu bulan, nyamuk. Strain atau tipe virus aedes ini—menurut analisis pakar kesehatan—juga bahkan mampu berubah menjadi sangat akut, yaitu demam berdarah dengue yang tampak pada ciri utamanya, bintik-bintik perdarahan. Selain perdarahan pada kulit, penderita demam berdarah dengue juga dapat mengalami perdarahan dari gusi, hidung, usus dan lain lain. Bila tidak ditangani segera, demam berdarah dengue dapat menyebabkan kematian (http://www.blogdokter.net/2008/06/27/demam-berdarah-dengue/).

Setelah menghadapi masa-masa menggigil, panas, tekanan darah yang mencecah ambang normal, nyeri kepala, nyeri saat menggerakan bola mata, nyeri punggung dan tulang, serta pahitnya air liur, dan hampanya rasa, akhirnya kesembuhan hampir juga. Tuhan masih memberikan kesempatan, bahkan peluang ikut peperiksaan semester ini, alhamdulillah. Allahumma asyfi anta al-syafi la syifa illa syifauka…

Lalu, kenapa dengan demam dengki? Adakah saya juga diserang oleh virus hasad itu? Sebetulnya tidak terlalu berhubungkait dengan item yang pertama. Namun keduanya memberikan implikasi yang sama hebatnya. Karena kedengkian pun mampu meluluhkan persendian seseorang walau bukan dari strain virus aedes, bahkan menghancurkan kebaikan yang telah dibuat. ”Sesungguhnya kedengkian memakan kebaikan sepertimana api memakan kayu bakar yang kering”, demikian Rasulullah mengingatkan.

Oleh karena itu, perangilah virus dengue dengan pola hidup yang baik, dan mari melawan kedengkian—sebagai tanda tak mampu menyaingi kelebihan orang lain—dengan menumbuhkan minat untuk terus belajar dan bekerja. Semoga!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar