Rabu, 29 Oktober 2008

KITA HANYA PUNYA SEMANGAT
Oleh: Condra Antoni dan Jannatul Husna

Judul ini diambil dari cuplikan dialog dalam novel Laskar Pelangi yang sangat fenomenal yang ditulis oleh Andrea Hirata. Ini layak kita tanamkan dalam tekad kita sebagai para pemuda Kabun yang lahir dan tumbuh di sebuah ceruk di pedalaman. Sebuah kampung yang sampai hari ini masih tertinggal dalam pendidikan, ekonomi, dan masih gelap gulita secara fisik karena listrik belum masuk juga.

Sebab, yang kita punya hanya semangat. Dan sejarah membuktikan bahwa hanya dengan berbekal semangat, banyak sekali orang-orang terlepas dari keterkungkungan ekonomi dan keterbelakangan pendidikan. Saudaraku, kita tahu, bahwa manusia bukanlah seperti apa dia dilahirkan, tapi seberapa banyak dia mampu berbuat untuk kehidupan ini.
Tidaklah perlu kita sesali bahwa kita terlahir dari sebuah kampong seperti Kabun ini. Harus kita syukuri malah. Karena ini adalah pilihan terbaik Tuhan untuk kita. Kenapa demikian? Salah satunya yang mesti kita renungi adalah, seberapa pahitpun kehidupan kita, seberapa sulitpun ekonomi kita, layaklah kita bertanya satu hal; pernahkah kita kekurangan makan? Jawabannya TIDAK PERNAH. Setidaknya generasi kami ke bawah bisa kami pastikan bahwa tak seorangpun diantaranya yang kurang makannya dari 3 kali sehari. INI ADALAH SEBUAH ANUGERAH LUAR BIASA YANG DIBERIKAN ALLAH SWT KEPADA KITA..!!!

Cobalah sesekali kawan-kawan dan adik-adik pergi ke Padang, kota yang cukup dekat dengan kita. Banyak anak-anak yang tidak terurus di sana. Sedari kecil harus menghidupi keluarganya. Jangankan untuk berpikir bisa bermain layang-layang, mengadu ayam pulang sekolah, berpikir untuk makan saja mereka susah. Kita tidak pernah mengalami hal itu.

Tapi mereka punya semangat. Dengan semangatlah mereka bergerak dari pagi sampai malam. Kadang tidur di mana saja malam dan lelah datang. Lalu esok pagi, berbekal semangat lagi, mereka bergerak mencari sesuap nasi dengan mengamen, menjajakan Koran dan lain sebagainya. Dan yang lebih menyedihkan, adik-adik tahu….!! Tenaga mereka sebagian dikuras oleh orang-orang dewasa yang tidak bertanggungjawab. Mereka capek mengamen dan menjajakan Koran serta meminta-meminta di teriknya siang di derasnya hujan, lalu setiap sore mereka harus setorkan ke BOS mereka. Mereka hanya dapat sekedar untuk pembeli pengganjal perut saja.

Ini hanya sedikit persoalan, adik-adik, yang dihadapi oleh orang-orang di luar kampung kita. Banyak lagi persoalan yang memilukan hati.

Maka dari itu selayaknyalah kita malu, kalau kita masih mengeluh karena tidak punya biaya untuk melanjutkan sekolah, apalagi menyesal terlahir di Kabun ini. Kita selayaknya malu, ketika kita tidak punya niat dan rendah semangat untuk melanjutkan pendidikan kita setinggi-tingginya. Karena kita lahir dengan begitu sehat, dengan ASI dari ibu yang cukup, dengan nasi yang tak pernah putus 3 kali sehari.

Adik-adik, sebagai orang muda, maka semangat yang kuat untuk menjadi orang yang lebih baik dari waktu ke waktu adalah ciri khasnya. Pemuda itu dikenal dengan semangatnya yang meluap-luap. Dan semangat yang tinggi ini bisa menjadi positif dan negatif tergantung dari bagaimana kita menggunakannnya. Ia menjadi positif ketika kita menggunakannnya untuk cita-cita yang jelas, yakni menjadi orang yang berpendidikan. Dan hal itu mesti dicapai dengan segala cara yang HALAL. Semangat inipun akan menjadi negatif kalau dia kita gunakan untuk mendapatkan sesuatu ayng bersifat sesaat. Misalnya, seperti yang marak di kampung kita sekarang, kita berjuang mati-matian dengan segala cara untuk membeli sepeda motor baru atau handphone mahal. Ini benar-benar keliru, adik-adik. Sungguh…

Dibanding dengan kondisi adik-adik hari ini, kami dulu lebih sulit. Kami berdua semasa tsanawiyah WAJIB berjalan kaki dari Kabun ke Muaro. Ini sangat melelahkan badan dan batin. Coba adik-adik bayangkan, ketika hari minggu yang sangat ramai, kami harus meninggalkan kawan-kawan sepermainan yang tidak sekolah. Waktu itu, hari mnggu adalah hari dimana banyak orang berkumpul di Gurun Pantai untuk menonton TV. Berat sekali rasanya hati ini. Sedang asyik-asyiknya bermain, harus berjalan kaki. Dengan badan yang kecil dan kurus menjujung beras 20 liter ke Muaro sana. Panas dan hujan adalah dua hal yang senantiasa mengakrabi kami.

Tapi adik-adik lihatlah seperti apa kami hari ini? Walaupun belum menjadi orang besar, orang terkenal, orang kaya, dsb, tapi setidaknya kami mampu menunjukkan bahwa kekurangan hidup, beban ekonomi, jauhnya jarak kamuong halaman dari keramaian, dan kendala lainnya, tidak menyurutkan semangat kami untuk belajar dan menamatkan kuliah.

Pada intinya, di sinilah pokok persoalannya. Yang perlu adik perjuangakan mati-matian adalah; mencapai kuliah jenjang S1 dengan prediket yang baik. Punya sedikit ilmu tentang bidang adik-adik tersebut. Tidak ada bidang yang bagus dan tidak bagus. Yang ada adalah serius atau tidaknya dengan bidang yang diambil. Semuanya bagus kalau sudah mencapai S1. karena setelah S1 insya allah banyak peluang yang bisa diambil. Apakah mau bekerja atau mencari beasiswa untuk kuliah lagi. Percayalah, yang agak susah itu hanya mencapi S1 bagi kita orang Kabun ini. Untuk mencapai S2 sampai professor sekalipun insya allah banyak jalan. Kami sudah melihat jalan ke arah sana. Salah satu dari kami sudah hampir merampungkan S2 dan barangkali akan melanjutkan S3. Salah satunya lagi, sampai tulisan ini dibuat, masih berjuang untuk mendapatkan beasiswa dari Australian Development Scholarship(ADS) sambil meniti karir semampunya.

Nah adik-adik, dengan umur kami yang baru 25 tahun, adik-adik boleh lihat apa yang telah kami lakukan. Memang belum begitu banyak, tapi yang terpenting, kami mampu mencetak sejarah untuk kampung kita!! Urang Kobun yang mampu bertarung dalam kehidupan Nasional dan Internasional. Kami telah memulai REVOLUSI KOBUN dalam perubahan total cara pandang urang Kobun tentang arti pentingnya pendidikan. Tugas adik-adiklah nanti melanjutkan ini untuk kita lakukan bersama-sama. Semoga Allah meridhoi niat baik kita ini. HIDUP REVOLUSI KOBUN….!!!!

1 komentar:

  1. Siip mak... Motivasinyo. Semoga kawan kawan nan lai mengikuti jalan mamak.

    BalasHapus