Senin, 10 November 2008

ABU DAWUD AL-SAJASTANIY
(Huraian singkat mengenai Pengarang dan Karyanya)
Oleh: Abdul Haris
IGB 080005

MUKADDIMAH

“Sesiapa yang inginkan dunia wajiblah ke atasnya menuntut ilmu, dan juga sesiapa yang inginkan akhirat wajiblah ke atasnya menuntut ilmu, dan juga sesiapa yang inginkan kedua-dua (dunia dan akhirat) wajiblah ke atasnya menuntut ilmu.”
(al-Hadith)

Mungkin hadith ini merupakan salah satu penyokong utama mengapa sejak dahulu lagi orang-orang suka mengembara mencari ilmu. Seorang yang mencintai ilmu, tidak akan pernah puas dengan pencapaian yang didapatinya. Mereka tidak ambil kira dengan kehidupan dunia yang melenakan. Ditinggalkan sanak saudara, kampung halaman dan harta benda. Terus menjelajah dunia demi menghasillkan karya berguna bagi umat manusia. Mereka terus mengembara demi mencapai ilmu yang dapat membawa kebahagian dunia dan akhirat. Begitulah para ulama umat ini mengorbankan tenaga, harta dan pikirannya untuk berkhidmat kepada Islam. Dengan cara beginilah ulama-ulama seperti Imam Bukhari, Imam Musilim, Imam Syafi’i Imam al-Rozy, Imam Ibn Hajar dan masih banyak lagi nama-nama yang tidak mungkin disebutkan disini. Diantara Imam ternama yang banyak mengembara dalam menuntut ilmu kemudian mempersembahkan hasil petulangannya ialah Imam Abu Daud al-Sajistaniy.

Mengenal Sang Imam (Nama, Kelahiran dan Wafatnya)

Dia adalah Sulaiman bin Asy’ath bin Syaddad bin Amru bin Amir. Ini menurut Abdurrahman Ibn Abu Hatim. Menurut Muhammad bin Abdul Aziz al-Hasyimiy, namanya ialah Sulaiman bin Asy’ath bin Bisyr bin Syaddad. Sedangkan menurut Ibn Dasah, dan Abu Ubaid al-Ajurriy ialah Sulaiman bin Asy’ath bin Ishak bin Bisyr bin Syaddad. Demikian pula yang dicatat oleh Abu Bakr al-Khatib dalam kitabnya al-Tarikh dan ia menambahkan Ibn Amru bin Imran. Imam, Syaikh sunnah, penghulu para hafiz al-Azdiy al-Sajastaniy

Imam Abu Daud lahir tahun 202 H. menurut riwayat yang paling masyhur. Ia barulang kali masuk kota Baghadad dan terakhir ia pergi ke kota ini pada tahun 272 H. menyambut panggilan Amir Bashrah ketika itu agar ia menetap disana bagi menjadikan kota ini sebagai pusat ilmu hadith. Ia pun menetap disana sampai wafat pada 16 Syawal tahun 275 H. lalu kemudian dimakamkan di samping kuburan Sufyan al-Tsauriy. Riwayat lain ada yang mengatakan bahawa ia lahir tahun 200 H.
Sajastan yang menjadi asal beliau ini adalah salah satu negeri bersempadan dengan negeri India. Ada juga yang mengatakan bahawa ia terletak di antara “khurasan” dan “Kuraman” dan bukannya salah satu kampong dari kampung-kampung Al-Basrah sepertimana didakwakan oleh Ibni Khalkan dalam kitabnya “Al-Wafiat.”

Perjalanan Menuntut Ilmu

Abu Dawud RA dari kecil lagi amat berminat dengan ilmu pengetahuan, ia juga amat gemar duduk bersama para ulama serta berbincang dengan Ahli ilmu. Ia amat suka dan inginkan menjelajah, tidak terhenti-henti. Berpindah-pindah dari tempat ke tempat yang lain bagi mencari ilmu. Ia selalu berhijrah dari negeri ke negeri bagi menambahkan ilmu pengetahuan atau mempastikan sesuatu hakikat. Ia sudah menjelajah ke seluruh negeri dan mendengar dari ramai orang-orang di Al-Hijaz, Syam, Mesir, Iraq, AlJazirah, Al-Thaghar, Khurasan dan lain-lain. Hal sedemikian telah menolongnya mengetahui bilangan yang amat banyak dari hadith-hadith serta mengkaji dan menghalusinya, kemudia memasukkan patinya (isinya) dalam kitabnya “Al-Sunan.”

Guru-gurunya

Di Makkah ia berguru kepada Imam Qa’nabi dan Sulaiman bin Harb. Di Bashrah ia berguru kepada Muslim bin Ibrahim, Abdullah bin Raja’, Abu al-Walid al-Thayalisiy, Musa bin Ismail, dan ulama-ulama semasa mereka disana. Dia juga mendengar dari ulama-ulama Kufah seperti, al-Hasan bin al-Rabi’ al-Buraniy, Ahmad bin Yunus al-Yarbu’iy dan lain-lain. Ia juga berguru kepada Abi Taubah Abi al-Rabi’ bin Nafi’ di Halab. Di Harran pula ia bertemu dengan Abu Ja’far al-Nufailiy, Ahmad bin Abu Syu’aib, dan banyak lagi. Haiwah bin Syuraih, Yazid bin Abdu Rabbih, dan beberapa ulama lain adalah gurunya di Hamas.

Nama-nama seperti Shafwan bin Shalih, Hisyam bin Ammar, adalah gurunya di Damaskus. Ishak bin Rawahan dan ulama semasanya merupakan gurunya di Khurasan. Ahmad bin Hambal dan sezamannya gurunya di Baghdad. Qutaibah bin Sa’id gurunya di Balakh, Ahmad bin Shalih dan banyak lagi merupakan gurunya di Mesir. Ibrahim bin Basysyar al-Ramadiy, Ibrahim bin Musa al-Farra’, Ali ibn al-Madiniy, Hakam bin Musa, Khalaf bin Hisyam, Sa’id bin Mansur, Sahl bin Bakkar, Syaz bin Fayyad, Abu Ma’mar Abdullah bin Amru al-Muq’ad, Abdurrahman ibn al-Mubarak al-Aisyiy, Abdussalam ibn Mutahhir, Abdul wahhab bin Najdah, Ali bin Ja’d, Amru bin ‘Aun, Amru bin Marzuq, Muhammad ibn al-Shabbah al-Dhulabiy, Muhammad ibn Minhal al-Dharir, Muhammad ibn Kathir al-‘Abdiy, Musaddad ibn Mursahad, Mu’az bin Asad, Yahya bin Ma’in dan masih banyak lagi.

Diantara Gurunya yang Istimewa

Ahmad bin Hambal dan Yahya bin Ma’in adalah gurunya yang istimewa dan banyak mendapat pujian darinya. Diantaranya yang diriwayatkan anaknya “aku mendengar ayahku berkata ‘aku banyak berguru kepada ulama hadith, tidak ada seorangpun yang lebih hafal dan banyak mengumpulkan hadith dari Yahya bin Ma’in. Manakala tidak ada yang lebih menguasai dan memahami hadith daripada Ahmad (maksudnya Ahmad bin Hanbal).

Murid-muridnya

Diantara murid-muridnya yang terkenal adalah Abu Isa dalam kitab sunannya, al-Nasai menurut sebagian riwayat, Ibrahim bin Hamdan al-‘Aquliy, Abu al-Thayyib Ahmad bin Ibrahim al-Asynaniy al-Baghdadiy (menetap di al-Rahbah), dia meriwayatkan Kitab Sunan daripadnya. Kemudian Abu Hamid Ahmad bin Ja’far al-Asy’ariy al-Ashbahaniy, Abu Bakr al-Najjad, Abu Amru Ahmad bin Ali bin Hasan al-Bashriy (meriwayatkan Kitab Sunan daripadanya), Ahmad bin Dawud bin Salim, Abu Sa’id bin al-A’rabiy, Abu Bakr Ahmad bin Muhammad al-Khallal al-Faqih.

Dia juga mempunyai murid seperti Ahmad bin Muahammad bin Yasin al-Harawiy, Ahmad bin Al-mu’alla al-Dimasyqiy, Ishak bin Musa al-Ramliy al-Warraq, Ismail bin Muhammad al-Shaffar, Harb bin Ismail al-Kurmaniy, al-Hasan bin Shahib al-Syasyiy, al-Hasan bin Abdullah al-Zari’, al-Husein bin Idris al-Harawiy, dan masih banyak lagi yang lain dan tidak mungkin disenaraikan disini.

Kisahnya dengan Amir al-Muaffaq (Gubernur Bashrah)

Imam al-Khattabiy meriwayatkan dari Abdullah bin Muhammad al-Miskiy berkata ”Abu Bakr bin Jabir (khadim Abi Daud berkata kepadaku) ‘aku bersama Abu Daud di Baghdad. Sesudah sembahyang maghrib, datang kepada kami Amir Abu Ahmad al-Muaffaq, iapun masuk dan disambut Abu Dawud. Ia lalu bertanya kepada Amir:

“Apa yang membawa anda datang ke mari pada saat seperti ini wahai Amir?
Amir menjawab: “Ada tiga perkara yang membawaku datang ke mari”
Ia bertanya: “Apa tiga perkara itu?”
Amir menjawab: Aku mahu kamu pindah ke Bashrah dan menjadikannya tempat tinggalmu agar orang-orang datang belajar kepadamu sehingga kota itu hidup kembali. Karena kota itu seakan mati setelah terjadinya malapetaka Zing dan orang-orang pun meninggalkannya.
Ia menjawab: “Ini yang pertama”
Amir berkata: “yang kedua aku mahu anda mengajari anak-anakku Kitab Sunan”
Ia menjawab: “Baiklah, lalu apa yang ketiga?”
Amir berkata: “Yang ketiga aku ingin engkau buat majlis khusus untuk anak-anakku, kerana anak-anak khalifah tidak layak duduk bersama orang-orang awam.”
Iapun Menjawab: “Kalau yang satu ini tidak dapat aku kabulkan karena dalam menuntut ilmu semua orang sama.”

Karya-karyanya

Diantara karya-karya yang pernah dihasilkan oleh Imam Abu Dawud adalah:
1. Kitab al-Sunan (kitab yang menempati urutan ketiga dalam kitab-kitab hadith yang enam). Dicetak berulang-ulang.
2. Al-Masail Allatiy Khalafa ‘Alaiha Imam Ahmad bin Hambal (dicetak).
3. Ijabatuhu ‘Ala Sualat al-Ajiriy (di cetak).
4. Risalah Fi Washfi Ta’lifihi Li Kitab al-Sunan (di cetak dengan tahqiq Muahammad Zahid al-Kautsariy Kaherah ).
5. Al-zuhd.
6. Tasmiyatu Ikhwah Al-ladzina ruwiya ‘Anhum –al-hadith.
7. Kitab Al-Marasil di cetak di Kairo dan Beirut.
8. Kitab Fi Al-Rijal (dalam bentuk makhtutah di Dhahiriyah).
9. Kitab Al-qadr
10. Kitab Al-Nasikh (Imam Al-Dzahabiy menulisnya dalam Siar A’lam al-Nuabala, Imam Ibn Hajar menulisnya dalam kitab al-Tahdzib).
11. Musnad Malik (Imam Ibn Hajar menulisnya dalam kitab al-Tahdzib).
12. Kitab Ashhabu al-Sya’biy.

Pengriwayatan Karya Sunan

Yang meriwayatkan kitab ini ada empat orang ulama:

1). Imam Abu Ali Muhammad bin Ahmad bin Amru al-Lu’lu’iy al-Baṣriy, pengriwayatan ini pada bulan Muharram tahun 205 H. Ini merupakan yang terakhir di salin Abu Dawud dari kitabnya.
2). Imam Abu Bakr Muhammad bin Bakr bin Muhammad bin Abdurraziq bin Dasah al-Baṣriy. Riwayat ini seiras dengan karya al-Lu’lu’iy, hanya saja didapati perbedaan yang diawalkan dan diakhirkan, tanpa adanya pengurangan dan penambahan.
3). Imam Abu ’Isa Ishak bin Musa bin Sa’id al-Ramliy Warrāq Abi Daud. Riwayat ini seiras dengan bin Dasah.
4). Imam Abu Sa’id Ahmad bin Muhammad bin Ziyad bin Bisyr yang dikenali dengan Ibn al-A’rābiy. Pengriwayatan ini banyak berkurang dari yang lainnya diantaranya kitab, al-Fitan, al-Malāhim, al-Huruf, al-Khātim, sesetengah dari kitab al-Libās, sebahagian dari kitab al-Wuḍu’ dan ṣalat.

Kitab-kitab yang ditulis dalam meneliti, mensyarah dan mengomentari kitab Sunan Abu Dawud.

Al-Ainiy salah seorang pensyarah kitab Sunan Abu Daud yang menjadi rujukan penulis saat ini mencatat ada enam belas karya yang telah ditulis. Dibawah ini akan disenaraikan sebahagiannya. Diantaranya ialah:

1. Ma’alim al-Sunan karangan Abu Sulaiman Hamd bin Muhammad bin Ibrahim al-Khattabiy (wafat tahun 388 H).
2. Al-‘Iddu al-Maudud fi Hawasyi Abi Dawud karangan Abdul Adhim al-Munziriy (wafat tahun 656 H).
3. Syarh al-‘Ainiy karangan Mahmud bin Muhammad al-‘Ainiy (wafat tahdun 855 H).
4. Fathu al-Wadud ‘Ala Sunan Abi Dawud karangan Abu al-Hasan al-Sanadiy (wafat tahun 1138 H).
5. ‘Aun al-Ma’bud karangan Muhammad Asyraf Amir ‘Adhim Abadiy dan Muhammad Syamsul Haq Adhim Abadiy (di cetak di India tanpa tahun).
Metodologi Penulisan Kitab al-Sunan

Abu Bakr Muhammad bin Abdul Aziz berkata ”aku mendengar Abu Daud berkata dalam suratnya kepada Penduduk Makkah ’ empat ribu delapan ratus hadith dalam karya ini berkenaan dengan Ahkam (hukum-hukum). Masih banyak lagi hadith yang berkenaan dengan Zuhud, Faḍāil dan lain-lain tidak aku masukkan dalamnya. Abu Bakar ibn Dasah pula berkata ”aku mendengar Abu Daud berkata ’aku telah menulis sebanyak lima ribu hadith, lalu aku pilih empat ribu delapan ratus hadith. Aku cantumkan yang sahih,seiras dan yang mendekati. Apabila di dapati kecacatan maka aku jelaskan kecacatannya. Manakala yang tidak dikomentari maka ia masuk kategori shalih. Sebagain hadith lebih sahih dari yang lain.

Karya ini merangkumi tiga puluh lima kitab (pembahagian perbahasan). Ada tiga diantaranya yang belum di kelompokkan kepada bab-babnya. Pembagian bab yang sudah ada seribu delapan ratus tujuh puluh satu bab. Adapun jumlah hadith didalamnya adalah lima ribu dua ratus tujuh puluh empat hadith. Diawali dengan kitab al-Ṭaharah yang terdiri dari seratus empat puluh tiga bab dan tiga ratus sembilan puluh hadith. Kitab terakhir adalah kitab al- Adab yang terdiri dari seratus delapan puluh bab dan lima ratus dua hadith.

Mungkin seorang akan bertanya bagaimana boleh jumlah hadith dalam kitabnya sebanyak lima ribu dua ratus tujuh puluh empat, sedangkan Abu Daud menyebut dalam risalahnya kepada orang Makkah bahawa banyak hadith hanya empat ribu delapan ratus sahaja. Ini disebabkan dua hal. Pertama, perbezaan dalam pengriwayatan sehingga mempengaruhi bilangan hadith. Kedua, banyak didapati pengulangan dalam bab yang berbeza kerana satu hadith boleh mengandungi beberapa hukum.

BIBLIOGRAPHI

Abu Daud, Sunan Abi Daud, Tahqiq Muhammad Muhyiddin Abd Hamid, Cet.1995 Jld. 1, Maktabah al-’Asriyyah, Lebanon.
Adib Shalih, Muhammad, Lamhat Fi Usul al-Hadith, , terbitan Al-Maktab Islamiy, Damaskus.
Al-‘Ainiy, Muhammad, Syarh Sunan Abu Dawud, Tahqiq Khalid Ibn Ibrahim al-Mashriy, Cet: 1, Thn 1999, Maktabah al-Rusyd, Riyadh, Saudi Arabia
Ali Yusuf, Ali, Silsilah Ulama Hadith, alih bahasa oleh Datin Sohair Abdel Moneim Sery, mengutif dari kitab A’lam Al-Muhaddithin, karangan Dr. Muhammad Muhammad Abu Syahbah. Cet:1, Thn 1989 Pustaka Antara Malaysia, Kuala Lumpur.
Al-Zahabiy, Syamsuddin, Siar A’lam al-Nubala, tahqiq Syu’aib al-Arnaut dan Ali Abu Zaid, Cet:1 Thn. 1983, Muassasah al-Risalah, Beirut, Lebanon
Ijaj Al-Khatib, Muhammad, Usul Al-Hadith, Cet: 1, Thn 1967, Dar al-Fikr, Beirut, Lebanon

Tidak ada komentar:

Posting Komentar